1. Jelaskan
dan berikan contoh bagaimana melakukan orientasi di suatu perusahaan.
Jawab
:
Orientasi
karyawan adalah memberikan informasi latar belakang kedapa karyawan baru
yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka secara memuaskan, seperti
informasi tentang peraturan perusahaan. Program – program ini dapat dimulai
dari pengenalan singkat secara informal atau dengan kursus formal yang panjang.
Spesialis SDM biasanya melakukan
bagian pertama dari orientasi, dengan menjelaskan permasalahan dasar seperti
jam kerja dan hari libur. Kemudian, akan memperkenalkan karyawan baru tersebut
kepada penyelia. Penyelia kan meneruskan orientasi dengan menjelaskan sifat
dari pekerjaan yang sebenarnya, memperkenalkan karyawan kepada pada kolega
baru, membantu karyawan baru mengenal tempat kerjanya, dan membantu mengurangi
kegugupan hari pertama. Orientasi biasanya termasuk informasi tentang
keuntungan karyawan, kebijakan personalia, rutinitas harian, organisasi dan
operasional perusahaan, dan ukuran dan peraturan keamanan, dan juga fasilitas.
Karyawan baru biasanya menerima buku panduan karyawan, baik yang
tercetak maupun berbasis internet. Informasinya menjelaskan tentang jam kerja,
tinjauan peserta, mendapatkan gaji, dan liburan. Berdasarkan kondisi tertentu,
pengadilan dapat menyatakan bahwa isi buku panduan karyawan memiliki komitmen
karyawan yang mengikat secara hukum. Untuk itu, perusahaan sering menyertakan
penolakan untuk menjelaskan bahwa pernyataan tentang kebijakan perusahaan,
keuntungan, dan peraturan tidak merupakan syarat dan kondisi dari kontrak
pekerjaan, baik tersurat maupun tersirat.
Jangan meremehkan pentingnya
orientasi. Tanpa informasi dasar tentang hal – hal seperti peraturan dan
kebijakan, karyawan baru dapat melakukan kesalahan dalam waktu lama, atau
bahkan kesalahan yang berbahaya. Prestasi mereka dan prestasi perusahaan akan
menurun. Selanjutanya, orientasi bukan hanya mengenai peraturan. Hal ini adalah
tentang membuat karyawan baru tersebut merasa diterima, betah dan menjadi
bagian dari kelompok, semua sama penting bila manajer SDM menginginkan karyawan
menjadi produktif.
Orientasi yang berhasil harus
memenuhi empat hal utama: Pertama, karyawan baru harus merasa diterima dan
nyaman. Kedua, Karyawan baru harus memahami organisasi tersebut dalam makna
luas. Ketiga, fakta kunci seperti kebijakan dan prosedur, karyawan harus jelas
mengenai apa yang diharapkan dalam hal pekerjaan dan perilaku. Keempat,
Karyawan baru tersebut harus mulai menjalankan proses untuk membiasakan diri
dengan cara perusahaan bertindak dan melakukan banyak hal.
PROSES PELATIHAN
Pelatihan
mengacu
kepada metode yang digunakan untuk memberikan karyawan baru atau yang ada saat
ini dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan.
Pelatihan adalah tanda dari manajemen yang bagus, dan ugas seorang manajer
menghindari bahayanya. Memiliki karyawan yang berpotensi tinggi tidaklah
menjamin bahwa karyawan tersebut akan berhasil. Kraywan tersebut harus
mengetahui apa yang perusahaan ingin lakukan dan bagaimana perusahaan ingin
karyawan tersebut melakukannya. Bila tidak, karyawan baru tersebut akan
melakukan pekerjaan dengan cara mereka, bukan dengan cara perusahaan. Atau
karyawan baru tersebut akan berimprovisasi, atau yang lebih buruk, tidak
melakukan hal yang produktif. Pelatihan yang baik adalah sesuatu yang vital.
Konteks
Stategi Pelatihan
Saat ini, pelatihan
juga berperan penting dalam proses manajemen kinerja. Pelatihan adalah proses
terintegrasi yang digunakan oleh pengusaha untuk memastikan agar para karyawan
bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Melakukan endekatan manajemen kinerja
berarti bahwa upaya – upaya pelatihan yang dilakukan harus sesuai dengan apa
yang diinginkan pengusaha untuk diberikan oleh setiap karyawan agar tujuan
perusahaan dapat dicapai.
Lima
Langkah Proses Pelatihan dan Pengembangan
Program
pelatihan terdiri dari lima langkah. Pertama, langkah analisis kebutuhan, yaitu
mengetahui keterampilan kerja spesifik yang dibutuhkan, menganalisis
keterampilan dan kebutuhan calon yang akan dilatih, dan mengembangkan
pengetahuan khusus yang terukur serta tujuan prestasi. Langkah kedua,
merencanakan instruksi, untuk memutuskan, menyusun, dan menghasilkan isi
program pelatihan, termasuk buku kerja, latihan, dan aktivitas. Ketiga, langkah
validasi, di mana orang – orang yang terlibat membuat sebuah program pelatihan
dengan menyajikannya kepada beberapa pemirsa yang dapat mewakili. Langkah
keempat adalah menerapkan program itu, yaitu melatih karyawan yang ditargetkan.
Yang kelima adalah langkah evaluasi dan tindak lanjut, di mana manajemen menilai
keberhasilan atau kegagalan program ini.
Pelatihan,
Belajar, dan Motivasi
Pelatihan
tidak bermanfaat jika peserta tidak mendapatkan kemampuan atau motivasi untuk medapatkan
keuntungan darinya. Berkaitan dengan kemampuan, peserta butuh bacaan yang disyaratkan,
keterampilan menulis, dan matematika dan persyaratan tingkat pendidikan,
inteligensia, dan pengetahuan dasar. Seleksi karyawan secara efektif sangat
bermanfaat. Sebagai tambahan, sebagai pengusaha menggunakan miniatur pelatihan
pekerjaan untuk menyeleksi peserta dengan kemampuan rendah.
Pengusaha
dapat melakukan beberapa langkah untuk meningkatkan motivasi belajar peserta.
Memberikan kesempatan untuk praktik – praktik aktif, dan memperbolehkan peserta
melakukan kesalahan dan mengeksplor berulang – ulang solusi untuk meningkatkan
motivasi dan pembelajaran. Dpat diringkas hal - hal motivasional berikut ini.
Proses
Belajar yang Berguna Biasanya
lebih mudah bagi orang yang ikut pelatihan untuk memahami dan mengigat bahan
yang berarti. Karenanya:
1.
Pada awal pelatihan, berikan kilasan singkat
bahan yang akan diberikan. Mengetahui gambaran keseluruhan akan memudahkan
proses belajar.
2.
Gunakan beragam contoh yang dipahami
3.
Aturlah informasi sehingga Anda dapat
menyajikannya secara logis, dan dalam urutan yang jelas.
4.
Gunakanlah hal – hal dan konsep yang telah
dipahami oleh orang yang akan dilatih.
5.
Gunakanlah sebanyak mungkin bantuan visual.
Buatlah
Proses Transfer Keterampilan menjadi Muda
Permudahlah memindahkan keterampilan dan perilaku baru
dari tempat pelatihan ke tempat kerja.
1.
Memaksimalkan kesesuaian antara situasi
pelatihan dan situasi pekerjaan.
2.
Berikanlah praktik yang memadai.
3.
Berikan tanda untuk setiap bentuk mesin
dan/atau langkah dalam prosesnya.
4.
Arahkan perhatian orang yang dilatih kedapa
aspek yang penting dari pekerjaan.
5.
Berikanlah informasi awal yang baik.
Memberikan
Motivasi kepada Orang yang Belajar Berikut
adalah beberapa cara untuk memotivasi orang yang dilatih:
1.
Cara belajar paling baik adalah dengan
langsung melakukannya. Berusahalah untu memberikan sebanyak mungkin praktik
yang nyata.
2.
Orang yang dilatih akan belajar sangat baik
bila pelatih dengan cepat membuat respons yang benar, barangkali dengan pujian
cepat.
3.
Orang yang dilatih akan belajar sangat baik
berdasarkan langkah mereka sendiri. Bila mungkin, biarkan mereka melangkah
sesuai dengan kecepatan mereka sendiri.
4.
Buatlah rasa membutuhkan pelatihan pada orang
yang dilatih.
5.
Jadwal juga penting: Kurva belajar menurun
pada siang hari, “pelatihan sehari penuh tidak seefektif setengah hari atau
tiga perempat hari.”
Teknik-Teknik
Orientasi
Ada beberapa
jenis teknik orientasi antara lain :
1.
Program orientasi dan sosialisasi
Program
orientasi ini berawal dari perkenalan singkat secara informal sampai pada
program-program formal dengan waktu yang lebih panjang. Dalam program formal,
karyawan baru biasanya diberi buku pegangan atau bahan cetakan yang berisi jam
kerja, peninjauan prestasi, cara pembayaan gaji, liburan dan penggunaan
fasilitas serta pedoman dan peraturan perusahaan lainnya. Aktivitas ini
biasanya dilakukan oleh supervisor si karyawan baru dan departemen personalia.
2.
Peninjauan pekerjaan secara realistis
Aktivitas
ini bertujuan untuk menunjukkan cakupan pekerjaan yang sebenarnya kepada calon
karyawan. Cara ini efektif untuk memperkecil kejutan realitas. Schein
mengemukakan bahwa salah satu masalah terbesar yang dihadapi calon karyawan dan
pimpinan dalam tahap awal kepegawaian adalah hal-hal yang mencakup perolehan
informasi yang akurat dari kedua belah pihak.
3.
Pembinaan budaya organisasi
Budaya
organisasi dapat diartikan sebagai sikap dan persepsi yang dimiliki karyawan
pada umumnya dalam suatu perusahaan tempat mereka berkerja. Dengan kata lain
para karyawan menangkap isyarat tentang perusahaan mereka misalnya sejauh mana
mereka dinilai secara adil atau sejauh mana hubungan persahabatan yang
diperlihatkan oleh pimpinan mereka.
4.
Pereratan hubungan antar-karyawan
Cara lain
untuk membantu proses sosialisasi karyawan baru adalah dengan mempererat
hubungan antar mereka dan dengan teman kerja baru atau dengan para supervisor
mereka, yang bertindak sebagai mentor. Sebagai contoh beberapa perusahaan
mendukung adanya program- program formal. Seperti sistem sahabat dimana
karyawan yang ditugasi sebagai mentor memberi training khusus dan bertindak
sebagai pemandu bagi pendatang baru.
5.
Informasi prestasi kerja
Sistem
penilaian perusahaan juga memainkan perananan penting dalam proses sosialisasi.
Catatan prestasi kerja secara formal dan informal dari supervisor yang
disampaikan pada waktu yang tepat kepada karyawan baru dapat mengurangi tekanan
akibat ketidakpastian karena “ tidak mengetahui prestasi yang dicapai”.
Selain itu catatan tersebut dapat membantu karyawan baru untuk memutuskan cara
melaksanakan pekerjaan di masa mendatang. Sebagai contoh, penilaian sebelumnya
dapat digunakan sebagai upaya “penalaran” untuk memperbaiki persepsi yang
keliru.
Menurut
Sedarmayanti (2010:117), manfaat pengaruh orientasi terhadap perilaku karyawan,
antara lain mengurangi perasaan diasingkan, kecemasan dan kebimbangan karyawan.
Mereka dapat menjadi bagian organisasi lebih cepat, merasa lebih yakin dan
lebih senang.
Program
orientasi membantu seseorang memahami aspek sosial, teknis dan kebudayaan
tempat kerja, mempercepat proses sosialisasi dan penerimaan menjadi kerja sama
dalam kelompok. Menurut Mangkuprawira (2003:165), menyatakan bahwa manfaat dari
proses orientasi sumber daya manusia adalah pengurangan kecemasan karyawan
baru.
ASPEK-ASPEK
ORIENTASI
Menurut
Marwansyah (2010:141), aspek-aspek orientasi antara lain:
1.
Masalah yang dihadapi pegawai baru; biasanya berupa
kecemasan (apakah saya akan diterima oleh lingkungan?; apakah saya akan disukai
oleh atasan atau rekan kerja saya?; amankah saya dalam lingkungan kerja yang
baru ini?).
2.
Harapan yang tidak realistis, pegawai baru sering
mempunyai harapan-harapan yang tidakrealistis karena tidak memiliki gambaran
atau informasi yang jelas dan lengkap tentang lingkungan kerja yang
sesungguhnya.
3.
Lingkungan kerja pertama, seseorang yang pertama kali
mengenal dunia kerja, dapat mengalaminya karena perbedaan-perbedaan nilai/etos
kerja, kebiasaan, dan lain-lain antara dunia kerja dan lingkungan sebelumnya.
4.
Diperlukannya proses sosialisasi karena adnaya
perbedaan antara kepribadian individu pekerja dan budaya/nilai organisasi
diperlukan penyesuaian-penyesuaian melalui proses sosialisasi.
PERENCANAAN
PROGRAM ORIENTASI
Sekitar 85%
perusahaan dengan 100 atau lebih karyawan menawarkan program orientasi.
Perencanaan yang tepat dari program orientasi ini memastikan mencakup semua
topik yang berhubungan.
Beberapa
pengertian membagi orientasi menjadi dua program. Program pertama fokus kepadageneral
property orientation, dan yang kedua fokus kepada specific job
orientation.
Salah satu
dari langkah awal yang diambil untuk mengorientasi karyawan adalah dengan cara
memperkenalkan karyawan baru terhadap seluruh properti-properti yang dimiliki
oleh perusahaan. Pada tahap ini, orientasi mencakup beberapa aspek sepertiorganization’s
mission statement dan filosofi managemen, general policies and
procedures, insurance and benefits, personnel forms, guest and employee
relation, dan the role of employees in meeting organizational
goals.
Orientasi
mengambil andil dalam mengurangi turn over karyawan.
Keuntungan yang diperoleh oleh karyawan adalah:
1. Pemahaman
yang lebih baik terhadap ekspektasi perusahaan dari mereka dan kinerja mereka.
2. Membantu
karyawan untuk mengerti nilai dari posisi mereka dalam perusahaan; membantu
membangun kepercayaan diri.
3. Para
karyawan menaydari bahwa mereka sangat penting bagi operasional perusahaan.
4. Memberikan
gambaran awal terhadap pekerjaan mereka dan perusahaan.
5. Menetapkan
komitmen awal untuk menjadi bagian dari tim.
6. Membangun
fondasi penting dari motivasi karyawan.
Keuntungan bagi Supervisor:
1. Memastikan
bahwa semua karyawan baru sudah mengetahui kebijaksanaan perusahaan.
2. Memastikan
bahwa semua karyawan baru mengerti akan pekerjaan mereka serta SOP.
3. Orientasi
membantu peraturan dari supervisor.
4. Supervisor
itu sendiri mendapatkan keuntungan dengan berpartisipasi kembali dalam basis
awal.
5. Orientasi
yang sukses membangun motivasi dari karyawan.
6. Tingkat turn
over yang rendah
.
Keuntungan
bagi perusahaan:
1.
Orientasi yang konsisten; semua karyawan baru
mendapatkan penjelasan yang sama
2.
Membuat para karyawan baru merasakan bahwa mereka
bekerja untuk perusahan yang bagus.
3.
Menjaga perusahaan tetap berada pada jalurnya; harus
tetap mempertimbangkan rival.
4.
Memperkenankan senior management dalam barisan
karyawan.
5.
First impression is lasting impression; program
orientasi yang baik dapat membangun fondasi yang kuat dari nilai dan filosofi
perusahaan.
6.
Meningkatkan pemahaman karyawan terhadap tujuan bisnis
perusahaan dan prioritas perusahaan.
7.
Memulai lebih awal untuk membangun pendekatan tim yang
kuat pada semua level organisasi.
8.
Tingkat turn over rendah.
ALAT ORIENTASI
Manager yang
baik harus mempersiapkan alat orientasi yang dapat dibawa pulang oleh para
karyawan baru. Alat orientasi tersebut memungkinkan para karyawan untuk
mempelajari materi diskusi selama sehari dan membagi informasi dengan keluarga
dan teman. Sejak hari pertama orientasi yang membanjiri karyawan dengan
informasi, alat orientasi memungkinkan mereka untuk merefleksikan informasi dan
memikirkan pertanyaan yang akan diajukan kepada HRD department di kemudian
harinya.
Alat
orientasi tersebut adalah:
1.
Grafik organisasi.
2.
Proyeksi grafik organisasi.
3.
Map of facility.
4.
Key terms unique to the industry, company and job.
5.
Copy of policy handbook.
6.
Copy of union contract (if appropriate).
7.
Copy of specific job goals and description.
8.
List of company holidays.
9.
List of fringe benefits.
10.
Copies of performance appraisal forms, dates, and
procedures.
11.
Copies of other required forms (requisitions, expense
forms).
12.
List of on-the-job training opportunities.
13.
Sources of information.
14.
Detailed outline of emergency and accident prevention
procedures.
15.
Sample copy of each important company publication.
16.
Telephone numbers and locations of key personnel and
operations.
17.
Copies of insurance plans.
TANGGUNG
JAWAB TERHADAP ORIENTASI
Menurut Sedarmayanti
(2010:118), tanggung jawab terhadap orientasi dibagi antara bagian kepegawaian
dan pengawas langsung. Bagian kepegawaian biasanya memperkenalkan karyawan
mengenai masalah dan manfaat organisasi yang luas. Pengawas menangani
pengenalan dan pelatihan di tempat kerja dan membantu karyawan menyesuaikan
dengan kelompok kerja. Bagian kepegawaian dan pengawas perlu mengetahui
beberapa kesulitan umum yang dapat mengurangi suksesnya program orientasi.
Berikut adalah tanggung jawab keduanya, yaitu:
1. Tidak
terlalu banyak informasi untuk dimengerti dalam waktu singkat.
2. Tidak hanya
diberi tugas kasar yang mengecilkan hati, minat jabatan dan loyalitas
organisasi.
3. Tidak
dibebani terlalu banyak formulit untuk diisi dan buku pedoman untuk dibaca.
4. Tidak
dipaksa dalam jabatan dengan orientasi kurang lengkap.
5. Tidak
dipaksa mengisi celah antara orientasi yang luas oleh bagian kepegawaian dan
orientasi yang sempit pada tingkat bagian.
EVALUASI
PROGRAM ORIENTASI
Menurut
Sedarmayanti (2010:118), program orientasi sebaiknya dikaji ulang setiap tahun,
untuk melihat apakah program berhasil dijalankan dan dapat membuat kemajuan di
masa yang akan datang. Evaluasi dapat dilakukan melalui diskusi dengan karyawan
baru setelah melewati masa satu tahun, wawancara dengan karyawan dan pengawas
yang dipilih secara acak dan dengan menyebarkan kuesioner.
Program
orientasi tergantung pada tindak lanjutnya. Mengapa demikian? Dalam sesi
orientasi karyawan baru segan untuk mengakui ketidak tahuan apa yang
dibicarakan dalam orientasi. Departemen SDM sering mengkritik kelemahan dari
program orientasi. Kelemahan itu mungkin karena karyawan baru memerlukan
informasi yang lebih banyak. Daftar cek bisa dijadikan sebagai umpan balik
untuk membantu departemen SDM mengidentifikasi bagian mana dari program
orientasi yang memiliki kekuatan. Tatap muka antara karyawan dan penyelia dapat
dijadikan sebagai tindak lanjut yang penting.
KESEMPATAN
DAN KESULITAN
Bagian
terlemah dari program orientasi terjadi pada tingkat penyelia.. Untuk membantu meyakinkan
orientasi yang sistematik, penyelia perlu diberikan sederetan topik yang fokus
pada perkenalan dan tugas-tugas pekerjaan.
Baik
departemen SDM maupun penyelia bertanggung jawab untuk memahami bahwa karyawan
adalah :
1. Tidak merasa
gembira dengan mengabsorbsi terlalu banyak dari hubungan sosial dalam waktu
sangat pendek.
2. Tidak merasa
menerima beban berlebihan jika mereka melengkapi formulir.
3. Tidak hanya
diberi tugas-tugas kasar yang kurang mendorong minat bekerja dan kesetiaan pada
perusahaan.
4. Tidak diminta
untuk melaksanakan tuigas-tugas dengan peluang tinggi yang akan mengalami
kegagalan.
5. Tidak
didorong ke dalam pekerjaan dengan orientasi yang sangat sederhana yang salah
terima bahwa pendekatan coba-coba merupakan bentuk orientasi terbaik.
6. Tidak didesak
untuk mengisis celah perbedaan orientasi luas oleh departemen SDM dengan
orientasi sempit oleh penyedia.
Contoh
Orientasi Karyawan dalam PT. KAI
Sumber Daya
Manusia (SDM) merupakan salah satu kunci penting yang mempengaruhi jalannya
suatu perusahaan.SDM yang memiliki kompetensi dalam berbagai bidang direkrut
sesuai kebutuhan perusahaan dan diharapkan dapat bekerja sesuai fungsi
masing-masing dalam mencapai visi dan misi perusahaan.Begitu para pegawai baru
diterima, mereka bagaikan tanah liat yang masih harus ditempa dan dibentuk.
Apakah nanti akan menjadi keramik porselen, ataukah menjadi piring, cangkir,
mangkuk, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan para calon pembeli yang akan
menggunakannya.
PT KAI
melalui Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) menempa setiap pegawainya
menjadi pelayan masyarakat yang memiliki 5 Nilai Utama perusahaan yakni
Integritas, Profesional, Keselamatan, Inovasi dan Pelayanan Prima. Pegawai baik
dari PT KAI maupun anak-anak perusahaan dididik dan dilatih agar menjadi
orang-orang yang efektif dan dapat bekerja sesuai fungsi masing-masing untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Selaras
dengan perkembangan zaman yang selalu dinamis, Pusdiklat PT KAI pun sangat
memahami bahwa perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan dalam memberikan
diklat kepada para pegawai agar tak tertinggal oleh kemajuan zaman. Berbagai
kebijakan dan upaya telah dilakukan Pusdiklat untuk meningkatkan kualitas
pegawai PT KAI.Pusdiklat membuat dan melaksanakan program-program diklat sesuai
kebutuhan perusahaan, kemajuan teknologi, kebutuhan unit kerja, kompetensi unit
dan kompetensi individu.
Balai-balai
pelatihan telah dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang diklat, antara lain
ruangan/kelas belajar-mengajar, alat peraga (simulator, dll) dan laboratorium
komputer diantaranya ada 20 unit di Balai Pelatihan Manajerial (BPM), 12 unit
di Balai Pelatihan Sintel (BP STL), 25 unit di Balai Pelatihan Teknik
Perkeretaapian (BPTP), sedangkan untuk Balai Pelatihan Operasi dan Pemasaran
(BP-OPSAR) dan Balai Pelatihan Teknik Traksi (BPTT) masih dalam proses
pengajuan perangkat komputer dikarenakan belum tersedia laboratorium. Selain
itu, ada juga fasilitas audio system dan proyektor, asrama siswa, dan fasilitas
penunjang lainnya.
Selama tahun
2014, sebanyak 145 pelatihan dilaksanakan.Beberapa kegiatan diantaranya Diklat
Pembentukan untuk pegawai baru yakni Diklat Pembentukan Pribadi Efektif dan
Diklat Fungsional untuk membentuk kompetensi pegawai sesuai fungsinya.Ada juga
Diklat Pengembangan dan Pemeliharaan Kompetensi, antara lain Diklat
Pengembangan untuk menjaga kompetensi teknis pegawai dan Diklat Pemeliharaan
untuk refreshing regulasi di masing-masing daerah.
Beberapa
pelatihan yang telah dilaksanakan baik nonteknis maupun teknis pada tahun 2014
antara lain Revenue & Cost Controller, Financial Basic Training, Fungsional
Sintelis Tingkat 3, Pembentukan Kompetensi Teknik Operasi, Awak Sarana
Perkeretaapian Muda Penggerak Listrik, Perawatan Sarana Penggerak Listrik
Tingkat Pelaksana, Perawatan Jalan Rel Tingkat Pelaksana, Awak Sarana
Perkeretaapian Pertama Penggerak Non Listrik, Awak Sarana Perkeretaapian Muda
Penggerak Non Listrik, Pengamanan Penjagaan Aset, dll.
Pelatihan-pelatihan
terkait pengembangan dan pemeliharaan antara lain pelatihan eksternal (workshop
dan seminar), Pengadaan Barang & Jasa, Fungsional Kilat Strategi Pemasaran
Angkutan Barang, Fungsional Kilat Anggaran & Manajemen Risiko, Workshop
Pengelolaan SDM bagi Anak Perusahaan, Perawatan Pintu Perlintasan, Upgrading
Sintelis Bidang Telekomunikasi & Persinyalan, Customer Care, Penjaga
Perlintasan KA (PJL), Pendalaman Teknik & Pengoperasian KRL Seri 8000,
Teknisi Kereta Api (TKA) untuk D3/S1, dll.
Pelatihan-pelatihan
lainnya adalah Financial Management Training , H&R Basic Training , H&R
Management Training, Diklat Tingkat Penyelia Awak Sarana, Modul Pemeriksa Jalur
KA (JPJ/PPJ), Modul Pendalaman Teknik & Pengoperasian KRL Seri 202/203,
Pengadaan Barang & Jasa, Leadership Level EVP/VP/GM/SM, Manajemen
Pengelolaan Aset Non Produksi, Strategi Pemasaran Angkutan, Diklat Perencanaan
Persinyalan Mekanik S&H, Perawatan Persinyalan Mekanik, Diklat Juru Rumah
Sinyal, Diklat Operasi untuk Non Operasi, Seminar kompetensi, Workshop
Pengembangan/ Penyempurnaan Kurikulum Non Teknis. Hingga semester pertama 2014,
sebanyak 3.922 pegawai telah mengikuti diklat di BPM, BP STL, BPOPSAR, BPTP,
BPTT, PUSDIKLAT.
Pegawai PT
KAI pun harus selalu di-upadate dan di-upgrade kualitasnya selaras dengan
kemajuan zaman. Upaya yang telah dilakukan Pusdiklat PT KAI adalah
memperbaharui kurikulum (materi pelatihan) sesuai perkembangan meliputi
perubahan kebijakan/peraturan, perubahan sistem, kemajuan teknologi, perubahan
alat dengan melakukan sharing bersama unit terkait, ahli dari internal maupun
kerja sama dengan lembaga manajemen dari eksternal PT KAI yang sudah diakui
kredibilitasnya.
Langkah
menyempurnakan kurikulum dengan menyusunnya menggunakan metode yang
komprehensif. Sebelum menyusun kurikulum suatu pelatihan, Pusdiklat
berkoordinasi dengan Unit Pengembangan SDM (unit MA) untuk mengetahui
kompetensi-kompetensi apa saja yang dibutuhkan dalam mencetak pegawai dengan
kompetensi yang tepat dalam suatu jabatan tertentu. Jadi saat melakukan
kegiatan FGD (Focus Group Discussion) dengan user yang membutuhkan, Pusdiklat
sudah memiliki arah dan batasan yang jelas, sehingga kurikulum yang
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun lapangan tepat
guna dalam meningkatkan kompetensi pekerja sesuai kebutuhan perusahaan.
Dalam
meningkatkan kompetensi pengajar/instruktur, Pusdiklat PT KAI telah melakukan
penyaringan instruktur yang ketat dari berbagai posisi dan unit, baik yang
berkompeten dalam bidang pengetahuannya maupun dalam metode
mengajarnya.Sehingga instruktur tidak menerapkan one way learning (pembelajaran
satu arah) atau ceramah tetapi melakukan pembelajaran dua arah yang dapat
meningkatkan pemahaman siswa (multimedia interaktif, diskusi dan praktik
lapangan).Selain itu, di berbagai pelatihan juga menggunakan simulator canggih
sehingga dapat meningkatkan efektivitas pemahaman siswa dan efisiensi biaya
jika harus praktik langsung di lapangan.
Di era serba
teknologi yang sangat membantu efektivitas dan efisiensi kerja, Pusdiklat pun
memanfaatkannya melalui e-learning (pembelajaran elektronik) yang dapat diakses
melalui e-office.E-Learning merupakan program yang dicanangkan berupa
Pembelajaran Mandiri dan Blended Learning. Pada Pembelajaran Mandiri, setiap
peserta atau pegawai dapat mempelajari materi-materi yang tersedia di
e-Learning, sedangkan Blended Learning merupakan gabungan antara pembelajaran
e-Learning dan klasikal yang sebelumnya akan diberitahukan kepada calon peserta
untuk mempelajari materi atau diklat e-learning yang telah ditentukan. Hal ini
dapat mempercepat proses pemahaman siswa terhadap materi diklat di kelas (klasikal).
Kunci
kualitas SDM PT KAI yang mumpuni tentu tak lepas dari peranan Pusdiklat yang
tiada henti memperbaharui segala hal yang dibutuhkan untuk mendidik dan melatih
SDM tersebut.Setiap pegawai pun tak ada kata berhenti belajar ataupun
berlatih.Bahkan pemangku jabatan tinggi pun harus di-refresh agar pengetahuan
dan skill-nya tidak menyusut melainkan wajib ditingkatkan.Pusdiklat dapat
dikatakan sebagai “rumah penggodokan” bagi pegawai PT KAI.Sehingga setelah
selesai melewati “tempatan” maka setiap pegawai siap menjadi pelayan publik
yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Dessler. Gary, 2003. Manajemen
Sumber Daya Manusia Jilid 1,
Jakarta. Indeks
Marwansyah. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi
Kedua. Bandung: Alfabeta.
Moekijat. 2010. Sumber Daya Manusia. Bandung: CV.
Mandar Maju.
Sumber Internet :
https://wiiranata.wordpress.com/2012/12/06/orientasi/
http://suk-risw.blogspot.co.id/2015/03/contoh-program-pelatihan-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar