Selasa, 17 Oktober 2017

PENGANGGARAN PERUSAHAAN: "Keputusan Investasi jangka Panjang: Penganggaran Modal"

Keputusan Investasi jangka Panjang: Penganggaran Modal

Arti dan Pentingnya Penganggaran Modal

Penganggaran Modal (Capital Budgeting) adalah merupakan proses evaluasi dan pemilihan investasi jangka panjang yang konsisten terhadap maksimalisasi tujuan perusahaan. Definisi Capital Budgeting “Capital Budgeting is the Process of evaluating and selecting long-term invesments consistents with the firm’s goal of owner wealth maximization”. Investasi juga berarti pengeluaran pada saat ini dan hasil yang diharapkan dari pengeluaran tersebut baru akan diterima lebih dari satu tahun mendatang. Definisi Capital Budgeting adalah sebagai berikut: “Capital Budgeting involves the entire process of planning whose returns are expected to extend beyond one year”.
      Penganggaran Modal (Capital Budgeting) mengacu kepada proses perencanaan pengeluaran yang akan menghasilkan penerimaan atau pengembalian sepanjang beberapa tahun. Penganggaran modal sangat penting bagi sebuah perusahaan. Aplikasi teknologi terobosan terbaru bisa menyediakan teknik-teknik produksi baru yang lebih efisien, perubahan cita rasa konsumen bisa membuat lini produk berjalan perusahaan menjadi usang dan memunculkan permintaan terhadap produk – produk yang sepenuhnya berbeda, dan merger dengan perusahaan lain bisa memperkuat posisi perusahaan secara signifikan relatif terhadap persaingnya. Penganggaran modal juga penting karena sebagian besar proye – proyek investasi modal besar seringkali tidak dapat dianulir.
      Penganggaran modal tidak hanya digunakan untuk merencanakan penggatian modal dan peralatan yag telah usang, memperluas fasilitas produksi, atau melakukan penetrasi ke dalam lini – lini produk yang sepenuhnya berbeda, tetapi juga merencanakan kampanye iklan berskala besar, program pelatihan karyawan, riset dan pengembangan, keputusan untuk membeli atau menyewa fasilitas atau perlatan produksi, dan proyek – proyek investasi lain yang akan memerlukan biaya dan menghasilkan penerimaan selama beberapa tahun ke depan. Secara umum, perusahaan mengklasifikasikan proyek investasi ke dalam kategori – kategori berikut:
1.      Penukaran. Investasi untuk menukar peralata produksi yang telah usang dengan yang lebih baru.
2.       Penghematan biaya. Investasi untuk menggantikan peralatan tua namun masih bisa bekerja dengan peralatan baru yang lebih efisien, pembiayaan untuk program – program pelatihan yang ditujukan untuk mengurangi biaya tenaga kerja, dan pengeluaran untuk memindahkan fasilitas produksi ke wilayah tempat dimana tenaga kerja dan bahan baku lebih murah.
3.      Ekspansi output dari pasar dan produk – produk tradisional. Investasi untuk memperluas fasilitas produksi sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan atas produk – produk tradisional atau pasar yang telah ada saat ini.
4.      Ekspansi pada produk dan/atau pasar baru. Investasi untuk mengembangkan, memproduksi, dan menjual produk baru dan/atau memasuki pasar baru.
5.      Regulasi pemerintah. Investasi yang dikeluarkan untuk menyesuaikan dengan regulasi – regulasi pemerintah. Hal ini meliputi proyek – proyek investasi yang diwajibkan untuk memnuhi regulasi mengenai kesehatan dan keselmatan, pengendalian polusi, dan menaati kewajiban – kewajiban legal lainnya.
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, jelas bahwa pencarian id dan proposal untuk proyek – proyek investasi baru penting untuk profitabilitas masa depan dan kelangsungan hidup perusahaan dari waktu ke waktu. Dalam perusahaan yang terkelola dengan baik dan dinamis, semua karyawan didorong untuk menyampaikan ide – ide investasi baru. Namun, mayoritas perusahaan besar kemungkinan memiliki divisi riset dan pengembangan yang diberikan tanggung-jawab untuk merekomendasikan usulan-usulan proyek investasi baru.
Meskipun Keputusan akhir untuk menerima atau tidak menerima suatu proyek investasi dibuat oleh manajemen puncak perusahaan, khususnya untuk proyek-proyek investasi yang melibatkan penetrasi ke dalam lini produk dan pasar baru, proes penganggaran modal biasanya melibatkan hampir seluruh divisi perusahaan. Divisi pemasaran dibutuhkan untuk meramalkan permintaan atas produk baru atau produk modifikasi yang rencanya akan dijual prusahaan; departemen produksi, rekayasa, personalia, dan pembelian harus menyediakan studi kelayakan dan estimasi – estimasi mengenai biaya dari proyek investasi; kemudian departemen keuangan harus menentukan bagaimana keperluan dana investasi dikumpulkan dan berapa besar biaya yang harus ditanggung perusahaan. Jadi, proses penganggaran modal bisa dikatakan mengintegrasikan operasi dari semua divisi perusahaan.
Tinjauan atas Proses Penganggaran Modal
            Penganggaran modal pada dasarnya adalah aplikasi dari prinsip umum bahwa perusahaan harus memproduksi output atau melakukan aktivitas hingga penerimaan marjinal dari output atau aktivitas sama dengan biaya marjinalnya. Dalam rangka penganggaran modal, prinsip ini mengimplikasikan bahwa perusahaan harus mengambil proyek – proyek investasi tambahan sampai pengembalian marjinal dari investasi sama dengan biaya marjnalnya. Daftar seluruh proyek investasi yang berpeluang untuk dimanfaatkan perusahaan, yang disusun dari proyek yang menawarkan tingkat pengembalian tertinggi sampai terendah, mewakili permintaan perusahaan atas modal. Pada sisi lain, daftar biaya modal marjinal memperlihatkan biaya yang dihadapi perusahaan dalam rangka mendapatkan jumlah modal tambahan bagi tujuan investasi. Titik potong antara kurva permintaan dan kurva biaya marjinal yang dihadapi perusahaan menentukan berapa banyak investasi perusahaan.
Proses Penganggaran Modal
1.      Peramalan Arus Kas
Salah satu aspek paling penting dan sulit dari penganggaran modal adalah pengestimasikan arus kas neto dari proyek ( net cash flow from a project). Ini adalah selisih antara penerimaan kas dan pengeluaran kas sepanjang usia proyek. Karena penerimanaan dan pengeluaran kas terjadi di masa depan, ketidakpastian yang tinggi dihadapi dalam estimasi arus kas. Sejumlah pedoman umum harus dipatuhi dalam mengestimasi arus kas. Pertama, arus kas harus diukur berdasarkan inkremental. Yaitu, arus kas dari suatu proyek tertentu harus diukur berdasarkan selisih antara aliran arus kas perusahaan dengan dan tanpa proyek yang bersangkutan. Setiap peningkatan pengeluaran atau penurunan dalam penerimaan pada divisi – divisi lain dari perusahaan yang diakibatkan oleh pengadopsian suatu proyek tertentu harus dipertimbangkan. Kedua, arus kas harus diestimasikan berdasarkan setelah-pajak, dengan mengunakan tarif pajak marjinal perusahaan. Ketiga, sebagai beban non-kas, penyusutan mempengaruhi arus kas perusahaan hanya melalui dampaknya atas pajak.
Sebuah proyek biasanya melibatkan pengeluaran awal dan menghasilkan serangkaian arus kas neto sepanjang usia proyek. Investasi awal untuk menambah lini produk mungkin meliputi biaya pembelian dan pemasangan peralatan, biaya reorganisasi proses produksi perusahaan, biaya penyediaan modal kerja tambahan untuk persedian dan piutang dagang, dan lain – lain. Arus kas neto sama dengan arus kas masuk dikurangi arus kas keluar dalam setiap tahun sepanjang usia proyek. Arus kas masuk, tentu saja, penerimaan penjualan inkremental yang dihasilkan oleh proyek ditambah nilai sisa dari peralatan pada akhir usia ekonimisnya, jika ada, dan perolehan-kembali modal kerja pada akhir usia proyek. Arus kas keluar basanya meliputi biaya variabel inkremental, biaya tetap, dan pajak.



2.      Net Present Value (NPV)

Secara eksplisit NPV memberikan pertimbangan dari nilai waktu uang, dan merupakan teknik capital budgeting yang banyak digunakan. NPV adalah jumlah present value semua cash inflow yang dikumpulkan proyek (dengan menggunakan discount rate suku bunga kredit yang dibayar investor) dikurangi jumlah investasi (initial cash outflow). Net Present Value yaitu: “The Net Present Value is found by subtracting a project’s initial investment from the present value of its cash inflows discounted at a rate equal to the firm’s cost of capital”.
n
NPV = Σ CFt /(1 + k)t – Io
t = 1

 
Sebagai pedoman umum, rencana investasi akan menguntungkan apabila NPV positif dan apabila NPV nol maka investasi tersebut berarti break even. Apabila NPV suatu proyek negatif, berarti proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

                       
Dimana:
CFt       = Net Cash Flow (Prodeeds) pada tahun ke – t
k          = Tingkat Diskonto
t           = Lama waktu atau periode berlangsungnya investasi
I0          = Initial Outlays (Nilai investasi awal)
Kelebihan metode NPV sebagai sarana penilaian terhadap kelayakan suatu rencana investasi barang modal adalah penggunaan nilai waktu uang untuk menghitung nilai sebenarnya cash flow yang diperoleh pada masa yang akan datang. Dengan demikian, dapat diperoleh gambaran profitabilitas proyek yang lebih mendekati realitas. Kelebihan lainnya adalah digunakannya discount faktor, biasanya merupakan salah suku bunga kredit yang dipinjam investor untuk membiayai proyek. Dengan demikian, penggunaan metode ini menjadi lebih fleksibel karena dapat disesuaikan dengan discount factor yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Kriteria penerimaan atas investasi dengan metode ini adalah diterima apabila NPV yang dihasilkan adalah positif, dan ditolak apabila nilai NPV negatif. Kelemahan dari metode ini adalah perhitungan yang cukup rumit, tidak semudah perhitungan payback period. Untuk perhitungannya diperlukan keahlian seorang financial analis sehingga penggunaannya terbatas.
3.     Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini mungkin merupakan metode yang paling banyak digunakan sebagai salah satu teknik dalam mengevaluasi alternatif – alternatif investasi. Definisi Internal Rate of Return  adalah: “The Internal Rate of Return (IRR) is the discount rate that equates the present value of cash inflows with the initial investment associated with a project”.
Dijelaskan bahwa IRR merupakan rate discount dimana nilai present value dari cash inflow sama dengan nilai investasi awal suatu proyek. Dengan kata lain IRR adalah rate discount dimana NPV dari proyek tersebut = Rp0. IRR juga menggambarkan persentase keuntungan yang sebenarnya akan diperoleh dari investasi barang modal atau proyek yang direncanakan.
Kriteria penerimaan proyek investasi dengan menggunakan metode Internal Rate of Return adalah apabila IRR yang dihasilkan lebih besar dibandingkan cost of capital, sebaliknya apabila lebih kecil dibandingkan cost of capital proyek tersebut ditolak.
Pada dasarnya IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial and error). Pertama-tama kita menghitung PV dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang kita pilih menurut kehendak kita. Kemudian hasil perhitungan itu dibandingkan dengan jumlah PV dari outlaysnya. Kalau PV dari proceeds lebih besar daripada PV dicari investasi atau outlaysnya, maka kita harus menggunakan tingkat bunga yang lebih rendah. Cara demikian terus dilakukan sampai kita menemukan tingkat bunga yang dapat menjadikan PV dari proceeds sama besarnya dengan PV dari outlaysnya. Pada tingkat bunga inilah NPV dari usul tersebut adalah nol atau mendekati nol.
4.     Perbandingan NPV dan IRR
Ketika mengevaluasi suatu proyek tunggal atau independen, metode IRR dan NPV selalu memunculkan keputusan terima-tolak yang sama. Alasannya adalah bahwa NPV hanya akan positif jika IRR dari proyek melebihi biaya modalmarjinal atau suku bunga diskon yang telah disesuaikan-risiko yang dipakai oleh perusahaan. Begitu juga, NPV hanya kan negatif jika IRR lebih rendah dari biaya modal marjinal. Namun, untuk proyek-proyek yang saling bergantung satu sama lain (yaitu, saat hanya satu dari dua proyek atau lebih yang bisa diambil), metode NPV dan IRR bisa menghasilkan sinyal yang berlawanan menyangkut proyek mana yang akan menambah lebih banyak nilai kepada perusahaan. Yaitu, proyek yang memiliki NPV lebih tinggi mungkin memiliki IRR lebih rendah dari proyek alternatif, dan sebaliknya.
Penjatahan Modal dan Indeks Profitabilitas
Dalam kasus penjatahan modal capital rationing (yaitu, saat perusahaan tidak bisa mengambil semua proyek yang memiliki NPV positif), perusahaan harus mengurutkan proyek berdasarkan indeks profitabilitasnya dan memilih proyek-proyek yang memiliki indeks profitabilitas tertinggi, bukan yang memiliki NPV tertinggi. Dalam pejatahan modal, perusahaan harus memilih proyek-proyek yang memilki profitabilitas relatif tertinggi, atau profitabilitas tertinggi per dolar biaya investasi ( Yaitu, proyek-proyek yang PI-nya melebihi 1 dengan selisih tertinggi) dalam rangka menghindari bias terhadap pemilihan proyek-proyek besar.
Biaya Modal
1.      Biaya Hutang
Biaya hutang (cost of debt) adalah pengembalian yang diminta pemberi pinjaman untuk pinjaman yang mereka berikan kepada perusahaan. Karena pembayaran bunga yang dilakukan oleh perusahaan untuk dana pinjaman dapat-dikurangkan (deductible) dari laba kena pajak perusahaan, biaya setelah–pajak dari dana yang dipinjam dihitung dengan mengalikan bunga yang dibayarkan dengan 1 kurang tarif pajak marjinal perusahaan.

2.      Biaya Modal Ekuitas: Suku Bunga Bebas-Resiko Ditambah Premi
Biaya dari pengumpulan modal ekuitas dari sumber eksternal biasanya melebihi biaya dari pengumpulan modal ekuitas secara internal sebesar flotation cots (yaitu, biaya penerbitan saham). Untuk menyederhanakan, kita mengabaikan biaya ini dalam analisis berikut dan memperlakukan kedua tipe modal ekuitas sama. Karena deviden yang dibayarkan untuk saham (berbeda dengan bunga yang dibayarkan untuk obligasi) tidak dapat diperlakukan sebagai beban bisnis (yaitu, deviden baru dibayarkan setelah pajak perusahaan selesai dibayarkan), tidak ada penyesuaian pajak dalam penentuan biaya dari modal ekuitas.

3.      Biaya Modal Ekuitas: Model Valuasi Dividen
Untuk mendapatkan model ini, kita mulai dengan menyatakan bahwa, di bawah asumsi informasi sempurna, nilai dari satu lembar saham biasa harus sama dengan nilai sekarang dari semua deviden masa depan yang diperkirakan akan dibayarkan, yang didiskontokan memakai tingkat pengembalian yang diminta investor.

4.      Biaya Modal Ekuitas: Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Metode ini tidak hanya memperhitungkan perbedaan risiko antara saham biasa dengan sekuritas pemerintah, tetapi juga perbedaan risiko antara saham biasa perusahaan dengan saham biasa rata-rata dari semua perusahaan atau portofolio pasar berbasis-luas. Perbedaan risiko antara saham biasa perusahaan dengan saham biasa dari semua perusahaan dicerminkan oleh koefisien beta.

5.      Biaya Modal Tertimbang
Secara umum, sebuah perusahaan kemungkinan besar akan mengumpulkan modal dari laba ditahan, dengan meminjam dan dengan menjual saham, sehingga biaya marjinal dari modal bagi perusahaan adalah rata-rata tertimbang dari biaya pengumpulan berbagai tipe modal. Karena bunga yang harus dibayarkan untuk dana pinjaman bersifat tax-deductible sementara deviden yang dibayaran untuk saham tidak, biaya dari hutang secara umum lebih rendah darpada biaya daro modal ekuitas.
Mengkaji Ulang Proyek Investasi Pasca Implementasi
            Membandingkan dan menjelaskan perbedaan antara hasil yang diramalkan dengan hasil dari suatu proye investasi pasca implementasi sangatlah bermanfaat. Alasannya adalah jika pembuat tahu bahwa proyek investasi mereka akan direview dan dievaluasi setelah implementasi dan dibandingkan dengan ekspektasi awal, mereka akan cenderung merencanakan investasi secara lebih hati-hati dan juga bekerja keras untuk memastikan bahwa ekspetasi tercapai.
Biaya Modal dan Daya Saing Internasional
            Selama hampir sepanjang tahun 1980-an, biaya modal di AS jauh leih tinggi dibandingkan biaya modal di jepang dan dalam banyak negara industri penting lain, dan ini merupakan salah satu faktor yang menurunkan daya saing perusahaan-perusahaan AS. Keharusan membayar beban buga satu persen lebih tinggi bisa menaikkan ratusan ribu atau bahkan jutaan dollar biaya modal sebuah perusahaan besar dan menurunkan kemampuannya untuk bersaing di dalam pasar domestik maupun luar negeri. Penyebab tingginya suku bunga pinjaman nominal dan riil di AS relatif terhadap suku bunga-suku bunga yang sama di jepang adalah tingginya permintaan atas pinjaman dan rendahnya pasokan dana yang bisa dipinjam di AS dibandingkan dengan di Jepang.

SUMBER:
Salvatore, Dominick. 2003. Mangerial Economics dalam Perekonomian Global. Jakarta: Erlangga.



1 komentar: