Keputusan Investasi jangka Panjang: Penganggaran Modal
Arti dan
Pentingnya Penganggaran Modal
Penganggaran Modal (Capital Budgeting) adalah
merupakan proses evaluasi dan pemilihan investasi jangka panjang yang konsisten
terhadap maksimalisasi tujuan perusahaan. Definisi Capital Budgeting
“Capital Budgeting is the Process of evaluating and selecting long-term
invesments consistents with the firm’s goal of owner wealth maximization”. Investasi
juga berarti pengeluaran pada saat ini dan hasil yang diharapkan dari
pengeluaran tersebut baru akan diterima lebih dari satu tahun mendatang.
Definisi Capital Budgeting adalah sebagai berikut: “Capital
Budgeting involves the entire process of planning whose returns are expected to
extend beyond one year”.
Penganggaran Modal (Capital
Budgeting) mengacu kepada proses perencanaan pengeluaran yang akan
menghasilkan penerimaan atau pengembalian sepanjang beberapa tahun.
Penganggaran modal sangat penting bagi sebuah perusahaan. Aplikasi teknologi
terobosan terbaru bisa menyediakan teknik-teknik produksi baru yang lebih
efisien, perubahan cita rasa konsumen bisa membuat lini produk berjalan
perusahaan menjadi usang dan memunculkan permintaan terhadap produk – produk
yang sepenuhnya berbeda, dan merger dengan perusahaan lain bisa memperkuat
posisi perusahaan secara signifikan relatif terhadap persaingnya. Penganggaran
modal juga penting karena sebagian besar proye – proyek investasi modal besar
seringkali tidak dapat dianulir.
Penganggaran modal tidak
hanya digunakan untuk merencanakan penggatian modal dan peralatan yag telah
usang, memperluas fasilitas produksi, atau melakukan penetrasi ke dalam lini –
lini produk yang sepenuhnya berbeda, tetapi juga merencanakan kampanye iklan
berskala besar, program pelatihan karyawan, riset dan pengembangan, keputusan
untuk membeli atau menyewa fasilitas atau perlatan produksi, dan proyek –
proyek investasi lain yang akan memerlukan biaya dan menghasilkan penerimaan
selama beberapa tahun ke depan. Secara umum, perusahaan mengklasifikasikan
proyek investasi ke dalam kategori – kategori berikut:
1.
Penukaran. Investasi untuk
menukar peralata produksi yang telah usang dengan yang lebih baru.
2.
Penghematan biaya. Investasi untuk
menggantikan peralatan tua namun masih bisa bekerja dengan peralatan baru yang
lebih efisien, pembiayaan untuk program – program pelatihan yang ditujukan
untuk mengurangi biaya tenaga kerja, dan pengeluaran untuk memindahkan
fasilitas produksi ke wilayah tempat dimana tenaga kerja dan bahan baku lebih
murah.
3.
Ekspansi output dari pasar
dan produk – produk tradisional. Investasi untuk memperluas fasilitas produksi
sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan atas produk – produk
tradisional atau pasar yang telah ada saat ini.
4.
Ekspansi pada produk
dan/atau pasar baru. Investasi untuk mengembangkan, memproduksi, dan menjual
produk baru dan/atau memasuki pasar baru.
5.
Regulasi pemerintah.
Investasi yang dikeluarkan untuk menyesuaikan dengan regulasi – regulasi
pemerintah. Hal ini meliputi proyek – proyek investasi yang diwajibkan untuk
memnuhi regulasi mengenai kesehatan dan keselmatan, pengendalian polusi, dan
menaati kewajiban – kewajiban legal lainnya.
Dari
apa yang telah dijelaskan di atas, jelas bahwa pencarian id dan proposal untuk
proyek – proyek investasi baru penting untuk profitabilitas masa depan dan
kelangsungan hidup perusahaan dari waktu ke waktu. Dalam perusahaan yang
terkelola dengan baik dan dinamis, semua karyawan didorong untuk menyampaikan
ide – ide investasi baru. Namun, mayoritas perusahaan besar kemungkinan
memiliki divisi riset dan pengembangan yang diberikan tanggung-jawab untuk
merekomendasikan usulan-usulan proyek investasi baru.
Meskipun
Keputusan akhir untuk menerima atau tidak menerima suatu proyek investasi
dibuat oleh manajemen puncak perusahaan, khususnya untuk proyek-proyek
investasi yang melibatkan penetrasi ke dalam lini produk dan pasar baru, proes
penganggaran modal biasanya melibatkan hampir seluruh divisi perusahaan. Divisi
pemasaran dibutuhkan untuk meramalkan permintaan atas produk baru atau produk
modifikasi yang rencanya akan dijual prusahaan; departemen produksi, rekayasa,
personalia, dan pembelian harus menyediakan studi kelayakan dan estimasi –
estimasi mengenai biaya dari proyek investasi; kemudian departemen keuangan
harus menentukan bagaimana keperluan dana investasi dikumpulkan dan berapa
besar biaya yang harus ditanggung perusahaan. Jadi, proses penganggaran modal
bisa dikatakan mengintegrasikan operasi dari semua divisi perusahaan.
Tinjauan atas Proses Penganggaran
Modal
Penganggaran modal pada dasarnya
adalah aplikasi dari prinsip umum bahwa perusahaan harus memproduksi output
atau melakukan aktivitas hingga penerimaan marjinal dari output atau aktivitas
sama dengan biaya marjinalnya. Dalam rangka penganggaran modal, prinsip ini
mengimplikasikan bahwa perusahaan harus mengambil proyek – proyek investasi
tambahan sampai pengembalian marjinal dari investasi sama dengan biaya
marjnalnya. Daftar seluruh proyek investasi yang berpeluang untuk dimanfaatkan
perusahaan, yang disusun dari proyek yang menawarkan tingkat pengembalian
tertinggi sampai terendah, mewakili permintaan perusahaan atas modal. Pada sisi
lain, daftar biaya modal marjinal memperlihatkan biaya yang dihadapi perusahaan
dalam rangka mendapatkan jumlah modal tambahan bagi tujuan investasi. Titik
potong antara kurva permintaan dan kurva biaya marjinal yang dihadapi
perusahaan menentukan berapa banyak investasi perusahaan.
Proses Penganggaran Modal
1.
Peramalan
Arus Kas
Salah satu aspek paling penting dan sulit dari penganggaran
modal adalah pengestimasikan arus kas neto dari proyek ( net cash flow from a
project). Ini adalah selisih antara penerimaan kas dan pengeluaran kas
sepanjang usia proyek. Karena penerimanaan dan pengeluaran kas terjadi di masa
depan, ketidakpastian yang tinggi dihadapi dalam estimasi arus kas. Sejumlah
pedoman umum harus dipatuhi dalam mengestimasi arus kas. Pertama, arus kas
harus diukur berdasarkan inkremental. Yaitu, arus kas dari suatu proyek
tertentu harus diukur berdasarkan selisih antara aliran arus kas perusahaan
dengan dan tanpa proyek yang bersangkutan. Setiap peningkatan pengeluaran atau
penurunan dalam penerimaan pada divisi – divisi lain dari perusahaan yang
diakibatkan oleh pengadopsian suatu proyek tertentu harus dipertimbangkan. Kedua,
arus kas harus diestimasikan berdasarkan setelah-pajak, dengan mengunakan tarif
pajak marjinal perusahaan. Ketiga, sebagai beban non-kas, penyusutan
mempengaruhi arus kas perusahaan hanya melalui dampaknya atas pajak.
Sebuah proyek biasanya melibatkan pengeluaran awal
dan menghasilkan serangkaian arus kas neto sepanjang usia proyek. Investasi
awal untuk menambah lini produk mungkin meliputi biaya pembelian dan pemasangan
peralatan, biaya reorganisasi proses produksi perusahaan, biaya penyediaan modal
kerja tambahan untuk persedian dan piutang dagang, dan lain – lain. Arus kas
neto sama dengan arus kas masuk dikurangi arus kas keluar dalam setiap tahun
sepanjang usia proyek. Arus kas masuk, tentu saja, penerimaan penjualan
inkremental yang dihasilkan oleh proyek ditambah nilai sisa dari peralatan pada
akhir usia ekonimisnya, jika ada, dan perolehan-kembali modal kerja pada akhir
usia proyek. Arus kas keluar basanya meliputi biaya variabel inkremental, biaya
tetap, dan pajak.
2.
Net
Present Value (NPV)
Secara
eksplisit NPV memberikan pertimbangan dari nilai waktu uang, dan merupakan
teknik capital budgeting yang banyak digunakan. NPV adalah jumlah present
value semua cash inflow yang dikumpulkan proyek (dengan menggunakan discount
rate suku bunga kredit yang dibayar investor) dikurangi jumlah investasi (initial
cash outflow). Net Present Value yaitu: “The Net Present
Value is found by subtracting a project’s initial investment from the present
value of its cash inflows discounted at a rate equal to the firm’s cost of
capital”.
|
Sebagai pedoman umum, rencana
investasi akan menguntungkan apabila NPV positif dan apabila NPV nol maka
investasi tersebut berarti break even. Apabila NPV suatu proyek negatif,
berarti proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
Dimana:
CFt =
Net Cash Flow (Prodeeds) pada tahun ke – t
k =
Tingkat Diskonto
t =
Lama waktu atau periode berlangsungnya investasi
I0 = Initial Outlays (Nilai investasi awal)
Kelebihan metode NPV sebagai
sarana penilaian terhadap kelayakan suatu rencana investasi barang modal adalah
penggunaan nilai waktu uang untuk menghitung nilai sebenarnya cash flow yang
diperoleh pada masa yang akan datang. Dengan demikian, dapat
diperoleh gambaran profitabilitas proyek yang lebih mendekati realitas.
Kelebihan lainnya adalah digunakannya discount faktor, biasanya merupakan salah
suku bunga kredit yang dipinjam investor untuk membiayai proyek. Dengan
demikian, penggunaan metode ini menjadi lebih fleksibel karena dapat
disesuaikan dengan discount factor yang berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Kriteria penerimaan atas investasi dengan metode ini adalah diterima apabila
NPV yang dihasilkan adalah positif, dan ditolak apabila nilai NPV negatif. Kelemahan
dari metode ini adalah perhitungan yang cukup rumit, tidak semudah perhitungan
payback period. Untuk perhitungannya diperlukan keahlian seorang financial
analis sehingga penggunaannya
terbatas.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini mungkin merupakan metode yang paling banyak
digunakan sebagai salah satu teknik dalam mengevaluasi alternatif – alternatif
investasi. Definisi
Internal Rate of Return adalah: “The Internal Rate of Return (IRR) is the
discount rate that equates the present value of cash inflows with the initial
investment associated with a project”.
Dijelaskan bahwa IRR merupakan rate discount dimana nilai
present value dari cash inflow sama dengan nilai investasi awal suatu proyek.
Dengan kata lain IRR adalah rate discount dimana NPV dari proyek tersebut =
Rp0. IRR juga menggambarkan persentase keuntungan yang sebenarnya akan
diperoleh dari investasi barang modal atau proyek yang direncanakan.
Kriteria penerimaan proyek investasi dengan menggunakan
metode Internal Rate of Return adalah apabila IRR yang dihasilkan lebih
besar dibandingkan cost of capital, sebaliknya apabila lebih kecil dibandingkan
cost of capital proyek tersebut ditolak.
Pada dasarnya IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial and error). Pertama-tama kita menghitung PV dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang kita pilih menurut kehendak kita. Kemudian hasil perhitungan itu dibandingkan dengan jumlah PV dari outlaysnya. Kalau PV dari proceeds lebih besar daripada PV dicari investasi atau outlaysnya, maka kita harus menggunakan tingkat bunga yang lebih rendah. Cara demikian terus dilakukan sampai kita menemukan tingkat bunga yang dapat menjadikan PV dari proceeds sama besarnya dengan PV dari outlaysnya. Pada tingkat bunga inilah NPV dari usul tersebut adalah nol atau mendekati nol.
Pada dasarnya IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trial and error). Pertama-tama kita menghitung PV dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang kita pilih menurut kehendak kita. Kemudian hasil perhitungan itu dibandingkan dengan jumlah PV dari outlaysnya. Kalau PV dari proceeds lebih besar daripada PV dicari investasi atau outlaysnya, maka kita harus menggunakan tingkat bunga yang lebih rendah. Cara demikian terus dilakukan sampai kita menemukan tingkat bunga yang dapat menjadikan PV dari proceeds sama besarnya dengan PV dari outlaysnya. Pada tingkat bunga inilah NPV dari usul tersebut adalah nol atau mendekati nol.
4.
Perbandingan NPV dan IRR
Ketika mengevaluasi suatu
proyek tunggal atau independen, metode IRR dan NPV selalu memunculkan keputusan
terima-tolak yang sama. Alasannya adalah bahwa NPV hanya akan positif jika IRR
dari proyek melebihi biaya modalmarjinal atau suku bunga diskon yang telah
disesuaikan-risiko yang dipakai oleh perusahaan. Begitu juga, NPV hanya kan
negatif jika IRR lebih rendah dari biaya modal marjinal. Namun, untuk
proyek-proyek yang saling bergantung satu sama lain (yaitu, saat hanya satu
dari dua proyek atau lebih yang bisa diambil), metode NPV dan IRR bisa
menghasilkan sinyal yang berlawanan menyangkut proyek mana yang akan menambah
lebih banyak nilai kepada perusahaan. Yaitu, proyek yang memiliki NPV lebih
tinggi mungkin memiliki IRR lebih rendah dari proyek alternatif, dan
sebaliknya.
Penjatahan
Modal dan Indeks Profitabilitas
Dalam kasus penjatahan modal capital rationing
(yaitu, saat perusahaan tidak bisa mengambil semua proyek yang memiliki NPV
positif), perusahaan harus mengurutkan proyek berdasarkan indeks
profitabilitasnya dan memilih proyek-proyek yang memiliki indeks profitabilitas
tertinggi, bukan yang memiliki NPV tertinggi. Dalam pejatahan modal, perusahaan
harus memilih proyek-proyek yang memilki profitabilitas relatif tertinggi, atau
profitabilitas tertinggi per dolar biaya investasi ( Yaitu, proyek-proyek yang
PI-nya melebihi 1 dengan selisih tertinggi) dalam rangka menghindari bias
terhadap pemilihan proyek-proyek besar.
Biaya
Modal
1. Biaya Hutang
Biaya hutang (cost of debt)
adalah pengembalian yang diminta pemberi pinjaman untuk pinjaman yang mereka
berikan kepada perusahaan. Karena pembayaran bunga yang dilakukan oleh
perusahaan untuk dana pinjaman dapat-dikurangkan (deductible) dari laba kena
pajak perusahaan, biaya setelah–pajak dari dana yang dipinjam dihitung dengan
mengalikan bunga yang dibayarkan dengan 1 kurang tarif pajak marjinal
perusahaan.
2. Biaya Modal Ekuitas: Suku Bunga Bebas-Resiko Ditambah Premi
Biaya dari pengumpulan modal
ekuitas dari sumber eksternal biasanya melebihi biaya dari pengumpulan modal
ekuitas secara internal sebesar flotation cots (yaitu, biaya penerbitan saham).
Untuk menyederhanakan, kita mengabaikan biaya ini dalam analisis berikut dan memperlakukan
kedua tipe modal ekuitas sama. Karena deviden yang dibayarkan untuk saham
(berbeda dengan bunga yang dibayarkan untuk obligasi) tidak dapat diperlakukan
sebagai beban bisnis (yaitu, deviden baru dibayarkan setelah pajak perusahaan
selesai dibayarkan), tidak ada penyesuaian pajak dalam penentuan biaya dari
modal ekuitas.
3. Biaya Modal Ekuitas: Model Valuasi Dividen
Untuk mendapatkan model ini,
kita mulai dengan menyatakan bahwa, di bawah asumsi informasi sempurna, nilai
dari satu lembar saham biasa harus sama dengan nilai sekarang dari semua
deviden masa depan yang diperkirakan akan dibayarkan, yang didiskontokan
memakai tingkat pengembalian yang diminta investor.
4. Biaya Modal Ekuitas: Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Metode ini tidak hanya memperhitungkan
perbedaan risiko antara saham biasa dengan sekuritas pemerintah, tetapi juga
perbedaan risiko antara saham biasa perusahaan dengan saham biasa rata-rata
dari semua perusahaan atau portofolio pasar berbasis-luas. Perbedaan risiko
antara saham biasa perusahaan dengan saham biasa dari semua perusahaan
dicerminkan oleh koefisien beta.
5. Biaya Modal Tertimbang
Secara umum, sebuah
perusahaan kemungkinan besar akan mengumpulkan modal dari laba ditahan, dengan
meminjam dan dengan menjual saham, sehingga biaya marjinal dari modal bagi
perusahaan adalah rata-rata tertimbang dari biaya pengumpulan berbagai tipe
modal. Karena bunga yang harus dibayarkan untuk dana pinjaman bersifat
tax-deductible sementara deviden yang dibayaran untuk saham tidak, biaya dari
hutang secara umum lebih rendah darpada biaya daro modal ekuitas.
Mengkaji
Ulang Proyek Investasi Pasca Implementasi
Membandingkan
dan menjelaskan perbedaan antara hasil yang diramalkan dengan hasil dari suatu
proye investasi pasca implementasi sangatlah bermanfaat. Alasannya adalah jika
pembuat tahu bahwa proyek investasi mereka akan direview dan dievaluasi setelah
implementasi dan dibandingkan dengan ekspektasi awal, mereka akan cenderung
merencanakan investasi secara lebih hati-hati dan juga bekerja keras untuk
memastikan bahwa ekspetasi tercapai.
Biaya
Modal dan Daya Saing Internasional
Selama
hampir sepanjang tahun 1980-an, biaya modal di AS jauh leih tinggi dibandingkan
biaya modal di jepang dan dalam banyak negara industri penting lain, dan ini
merupakan salah satu faktor yang menurunkan daya saing perusahaan-perusahaan
AS. Keharusan membayar beban buga satu persen lebih tinggi bisa menaikkan
ratusan ribu atau bahkan jutaan dollar biaya modal sebuah perusahaan besar dan
menurunkan kemampuannya untuk bersaing di dalam pasar domestik maupun luar
negeri. Penyebab tingginya suku bunga pinjaman nominal dan riil di AS relatif
terhadap suku bunga-suku bunga yang sama di jepang adalah tingginya permintaan
atas pinjaman dan rendahnya pasokan dana yang bisa dipinjam di AS dibandingkan
dengan di Jepang.
SUMBER:
Salvatore, Dominick. 2003. Mangerial Economics dalam Perekonomian Global. Jakarta: Erlangga.
Terimakasih, membantu sekali
BalasHapus